Minggu, 23 Juni 2013

Laporan Akar Tumbuhan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Tujuan

Tujuan dalam percobaan ini adalah:
-        Untuk mengenal bermacam-macam akar pada tumbuhan
-        Untuk mengetahui sifat dan tugas khusus pada akar tumbuhan
-        Untuk mengetahui fungsi akar pada tumbuhan
1.2  Tinjauan Pustaka
1.2.1 Morfologi dan Struktur Akar
Menurut Weier, Stoeking dan Barbour (1974) Root  berasal dari kata Rot bahasa Anglosaxon (Inggris). Root is the descending axis of a plant, artinya akar adalah poros tanaman yang arah geraknya ke bawah (Agustina. 2004).
Tiga fungsi utama akar bagi tanaman adalah alat pertautan  tanaman ke tanah, alat penyalur larutan nutrisi dari tempat sarapan ke organ lain tanaman. Fungsi tambahannya adalah tempat aktivitas metabolik, misalnya: respirasi, tempat penyimpanan bahan cadangan makanan, misalnya kabohidrat, tempat penghasil fitohormon, misalnya sitokinin(Agustina. 2004)
a. Morfologi Akar
Secara umum, tanaman tingkat tinggi mempunyai empat bagian penting akar, yaitu
a) akar utama atau akar primer,
b) akar lateral atau akar sekunder atau akar cabang,
c) rambut atau bulu akar, dan
d) tudung akar (Hidayat, 1995).
Akar mempunyai variasi yang besar dalam bentuk dan strukturnya. Variasi ini secara langsung berhubungan dengan fungsi atau karakteristik spesies tanaman, misalnya: berfungsi sebagai penyimpan, fleshy (berdaging), akuatik, dan areal. Pada spesies tanaman tertentu bisa jadi mempunyai dua macam akar yang berbeda fungsinya, misalnya: pada tanaman ubi kayu dan ubi jalar. Selain kedua tanaman tersebut mempunyai akar yang berfungsi sebagai penyerap unsur hara dan air, ada beberapa akar yang berfungsi sebagai penimbun karbohidrat (Agustina. 2004).
b. Struktur Akar
Akar mempunyai dua tipe pertumbuhan, yaitu: pertumbuhan primer dan sekunder. Pada suatau fase tertentu pertumbuhan tanaman, dapat terjadi akarnya mengalami pertumbuhan primer dan sekunder pada waktu yang bersamaan, hanya saja letaknya berbeda. Perbedaan kedua pertumbuhan itu berasal dari asalnya jaringan meristem. Pertumbuhan primer berasal dari jaringan meristem apikal, sedangakan pertumbuhan sekunder berasal dari jaringan meristem cambium (Agustina. 2004).
Akar adalah bagian pokok yang nomor tiga (di samping batang dan daun) bagi tumbuhan yang tubuhnya telah merupakan kormus. Akar biasanya mempunyai sifat-sifat berikut:
a.       Merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah, dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air (hidrotop), meninggalkan udara dan cahaya,
b.      Tidak berbuku-buku, jadi juga tidak beruas dan tidak mendukung daun-daun atau sisik-sisik maupun bagian-bagian lainya,
c.       Warna tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan,
d.      Tumbuh terus pada ujungnya, tetapi umumnya pertumbuhannya masih kalah jika dibanding dengan batang,
e.       Bentuknya sering kali meruncing, hingga lebih mudah untuk menembus tanah (Hidayat, 1995).
Akar bagi tumbuhan mempunyai tugas untuk:
-        Memperkuat berdirinya tumbuhan,
-        Untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air tadi dari dalam tanah,
-        Mengangkut air dan zat-zat makanan tadi ke tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang memerlukan,
-        Kadang-kadang sebagai tempat untuk penimbunan makanan (Hidayat, 1995).
Pada akar umumnya dapat dibeda-bedakan bagian-bagian berikut:
a.       Leher akar atau pangkal akar (collum), yaitu bagian akar yang bersambung dengan pangkal batang
b.      Ujung akar (apex radicis), bagian akar yang paling muda, terdiri atas jaringan-jaringan yang masih dapat mengadakan pertumbuhan
c.       Batang akar (corpus radicis), bagian akar yang terdapat antara leher akar dan ujungnya
d.      Cabang-cabang akar (radix lateralis), yaitu bagian-bagian akar yang tak langsung bersambung dengan pangkal batang, tetapi keluar dari akar pokok dan masing-masing dapat mengadakan percabangan lagi
e.       Serabut akar (fibrilla radicalis), cabang-cabang akar yang halus-halus dan berbentuk serabut
f.       Rambut-rambut akar atau bulu-bulu akar (pilus radicalis), yaitu bagian akar yang sesungguhnya hanyalah merupakan penonjolan sel-sel kulit luar akar yang panjang. Bentuknya seperti bulu atau rambut, oleh sebab itu dinamakan rambut akar atau bulu akar. Dengan adanya rambut-rambut akar ini bidang penyerapan akar menjadi amat diperluas, sehingga lebih banyak air dan zat-zat makanan yang dapat dihisap
g.      Tudung akar (calyptra), yaitu bagian akar yang letaknya paling ujung, terdiri atas jaringan yang berguna untuk melindungi ujung akar yang masih muda dan lemah (Tjitrosoepomo, 2005).
Sewaktu tumbuhan masih kecil, yaitu dalam bentuk lembaga di dalam biji, calon akar itu sudah ada, dan disebut akar lembaga (radicula). Pada perkembangan lanjutannya, kalau biji mulai berkecambah sampai menjadi tumbuhan dewasa, akar lembaga dapat memperlihatkan perkembangan yang berbeda hingga pada tumbuhan lazimnya dibedakan dua macam sistem perakaran:
a.       Sistem akar tunggang, jika akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil. Akar pokok yang berasal dari lembaga disebut akar tunggang (radix primaria). Susunan akar yang demikian ini biasa terdapat pada tumbuhan biji belah (Dicotyledoneae) dan tumbuhan biji telanjang (Gymnospermae) (Tjitrosoepomo, 2005).
b.      Sistem akar serabut, yaitu jika akar lembaga dalam perkembangan selanjutnya mati atau kemudian disusul oleh sejumlah akar yang kurang lebih sama besar dan semuanya keluar dari pangkal batang. Akar-akar ini karena bukan berasal dari calon akar yang asli dinamakan akar liar, bentuknya seperti serabut, oleh karena itu dinamakan akar serabut (radix adventicia) (Tjitrosoepomo, 2005).

Melihat percabangan dan bentuknya, akar tunggang dapat dibedakan dalam:
a.   Akar tunggang yang tidak bercabang atau sedikit bercabang, dan jika ada cabang-cabangnya, biasanya cabang-cabang ini terdiri atas akar-akar yang halus berbentuk serabut. Akar tunggangnya bersifat demikian sering kali berhubungan dengan fungsinya sebagai tempat penimbunan zat makanan cadangan lalu mempunyai bentuk yang istimewa, misalnya:
  1. Berbentuk sebagai tombak (fusiformis), misalnya akar lobak (Raphanus sativus L.), wortel atau (Daucus carota I.).
  2. Berbentuk gasing (napiformis), misalnya bengkoang (Pachyrrhizus erosus Urb.) dan biet (Beta vulgaris L.).
  3. Berbentuk benang (filiformis), misalnya pada kratok (Phaseolus lunatus L.) (Tjitrosoepomo, 2005).
b.      Akar tunggang yang bercabang (ramosus). Akar tunggang ini berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus ke bawah, bercabang-cabang banyak dan cabang-cabangnya bercabang lagi, sehingga dapat memberi kekuatan yang lebih besar kepada batang dan juga daerah perakaran menjadi amat luas, hingga dapat diserap air dan zat-zat makanan yang lebih banyak. Susunan akar yang demikian terdapat pada pohon-pohon yang ditanam dari biji (Tjitrosoepomo, 2005).
Berhubung dengan cara-cara hidup yang harus disesuaikan dengan keadaan-keadaan tertentu, pada berbagai jenis tumbuhan kita dapati akar-akar yang mempunyai sifat dan tugas khusus, misalnya:
a.       Akar udara atau akar gantung (radix aereus).
b.      Akar penggerek atau akar penghisap (haustorium).
c.       Akar pelekat (radix adligans).
d.      Akar pembelit (cirrhus radicalis).
e.       Akar nafas (pneumatophora).
f.       Akar tunjang atau akar egrang.
g.      Akar lutut.
h.      Akar banir (Tjitrosoepomo, 2005).
Akar yaitu bagian pertama yang tumbuh dari suatu biji yang berkecambah yang kemudian tumbuh tegak ke bawah dan berkembang menjadi akar utama. Selanjutnya tumbuh cabang yang lebih kecil. Sistem akar ini disebut sistem akar tunggang dan merupakan salah satu ciri dari kelas dikotil. Jika cabang akar tumbuh sama besar dengan akar utama atau kadang-kadang akar utama berdegenerasi dan diganti dengan akar-akar samping yang keluar dari akar utama yang tidak berkembang, maka sistem akar ini disebut sistem akar serabut. Sistem akar ini merupakan salah satu ciri dari kelas monokotil (Loveles, 1998).
Adapun fungsi dari akar adalah untuk melekat dalam tanah, untuk menyerap air dan garam-garam yang terlarut sebagai nutrisi dan pada beberapa tumbuhan berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan zat makanan cadangan misalnya pada umbi-umbian (Tjitrosoepomo, 2005).
Istilah akar tambahan digunakan bagi akar yang tumbuh pada bagian tumbuhan diatas tanah, pada batang dibawah tanah dan pada akar yang sudah cukup tua, terutama yang sudah mengalami pertumbuhan sekunder. Selain itu, akar tambahan dapat dibentuk pada tumbuhan utuh yang tumbuh pada kondisi normal, atau tumbuh sehubungan infeksi oleh hama dan penyakit tumbuhan atau luka. Akar tambahan tumbuh pula pada potongan tanaman (Begonia sedum) atau pada kalus dalam kultur jaringan (Loveles, 1998).




BAB II
METODOLOGI KERJA

2.1  Alat
-        Mikroskop
-        Kaca objek
-        Penutup kaca objek
-        Buku gambar
-        Kamera
2.2 Bahan
-        Akar Bayam (Amaranthus hybridus)
-        Akar Jagung (Zea mays)
-        Akar Ubi Jalar (Ipomea sp.)
-        Akar Padi (Oryza sativa)
-        Akar Pinus (Pinus merkusii)
-        Akar Damar (Agathis sp.)
-        Akar Kacang tanah (Arachis hypogaea)
-        Akar Kapas (Gossypium sp.)
-        Akar Bawang merah (Allium cepa)
2.3  Cara Kerja
2.3.1        Pengamatan morfologi akar
-        Disiapkan bahan berupa akar bayam (Amaranthus hybridus), akar jagung (Zea mays), akar ubi Jalar (Ipomea sp.) dan akar Padi (Oryza sativa),
-        Diamati morfologi akar
-        Digambar di buku gambar
2.3.2        Pengamatan anatomi akar
-        Disiapkan bahan berupa akar pinus (Pinus merkusii), akar damar (Agathis sp.), akar kacang tanah (Arachis hypogaea), akar kapas (Gossypium sp.) dan akar bawang merah (Allium cepa).
-        Diamati anatomi akar di bawah mikroskop
-        Digambar di buku gambar




















BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil pengamatan
            Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat diperoleh hasil sebagai berikut:
3.1.1 Bayam (Amaranthus hybridus)
Keterangan :
1.    Akar utama (Radix Primaria)
2.    Cabang akar (Radix lateralis)
3.    Rambut akar (Pillus radicalis)
4.    Tudung akar (Calyptra)
5.    Leher akar (Collum)
6.    Ujung akar (Apex radicalis)
7.    Serabut akar (Fibrilla radicalis)

3.1.2 Jagung (Zea mays)
Keterangan :
1. Batang akar (Corpus  radicis)
2.Cabang akar (Radix lateralis)
3.Rambut akar (Pillus radicalis)
4.Tudung akar (Calyptra)
5.Leher akar (Collum)
6.Ujung akar (Apex radicalis)
7.Serabut akar (Fibrilla radicalis)



3.1.3 Ubi Jalar (Ipomea sp.)
Keterangan :
1. Akar utama (Radix Primaria)
2.Cabang akar (Radix lateralis)
3.Rambut akar (Pillus radicalis)
4.Tudung akar (Calyptra)
5.Leher akar (Collum)
6.Ujung akar (Apex radicalis)
7.Serabut akar (Fibrilla radicalis)

3.1.4 Padi (Oryza sativa)
Keterangan :
1. Batang akar (Corpus radicis)
2.Cabang akar (Radix lateralis)
3.Rambut akar (Pillus radicalis)
4.Tudung akar (Calyptra)
5.Leher akar (Collum)
6.Ujung akar (Apex radicalis)
7.Serabut akar (Fibrilla radicalis)





3.1.5 Pinus (Pinus merkusii)
Keterangan :
1.  Epidermis
2.  Korteks
3.  Floem
4.  Xylem
5.  Stele
Perbesaran 4 x 10




3.1.6 Damar (Agathis sp.)
Keterangan :
1.    Epidermis
2.    Jaringan pengangkut
3.    Endodermis
4.    Korteks
Perbesaran 4 x 10








3.1.7 Kacang tanah (Arachis hypogaea)
Keterangan :
1.    Epidermis
2.    Korteks
3.    Jaringan Pengangkut
Perbesaran 4 x 10




3.1.8 Kapas (Gossypium sp.)
Keterangan :
1.      Epidermis
2.      Floem
3.      Xylem
4.      Empulur
5.      Korteks
6.      Stele
7.      Kambium
Perbesaran 4 x 10







3.1.9 Bawang merah (Allium cepa)
Keterangan :
1.      Xylem
2.      Floem
3.      Epidermis
4.      Korteks
5.      Empulur
6.      Kambium
7.      Stele
Perbesaran 4 x 10




3.2 Pembahasan
Tentu kita semua sudah tahu bahwa akar adalah bagian tumbuhan. Fungsi utamanya adalah untuk menyerap air dan zat-zat yang terlarut dari dalam tanah , sebagai penunjang tegaknya tumbuhan, dan sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan. Warnanya nggak hijau. Tapi biasanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan. Bentuknya seringkali meruncing sehingga lebih mudah untuk menembus tanah. Tumbuhnya bukan naik ke puncak gunung tapi ke bawah, ke arah pusat bumi (geotrop) atau menuju air (hidrotop), meninggalkan arah datangnya cahaya.
Akar itu macam-macam. Menurut sistemnya, perakaran dibagi menjadi dua. Yaitu akar tunggang dan akar serabut.
1. Akar Tunggang
Akar tungang adalah akar primer atau akar lembaga yang terus tumbuh membesar dan memanjang. Akar ini akan menjadi akar pokok yang menopang tegaknya tumbuhan dan dalam perkembangannya membentuk cabang-cabang akat yang lebih kecil.
Tumbuhan apa yang punya sistem akar tunggang? Tumbuhan dikotil.
2. Akar Serabut
Akar serabut adalah akar yang timbul dari pangkal batang sebagai pengganti akar primer atau akar lembaga yang mati.
a. Susunan Akar Dikotil
Akar tumbuhan dikotil pada umumnya tersusun atas bagian epidermis, korteks, endodermis, dan silinder pusat (stele).
-        Epidermis
Epidermis, tersusun atas selapis sel, berdinding tipis, berkutikula, dan tersusun dari rapat. Sebagian besar sel epidermis membentuk rambut akar dengan jalan mengadakan perpanjangan ke arah lateral dari dinding luarnya. Rambut ini bermanfaat untuk memperluas permukaan sehingga penyerapan menjadi lebih efektif.
-        Korteks
Korteks akar menempati sebagian besar akar. Terdiri beberapa lapis, di dalam korteks terdapat ruang antar sel yang memanjang sepanjang akar.
-        Endodermis
Satu atau beberapa lapis sel korteks di bawah epidermis memiliki dinding sel yang dilapisi suberin, sejenis karbohidrat yang menyebabkan bagian ini tampak berbeda dengan korteks yang lain. Lapisan sel korteks yang paling dalam tersusun rapat tanpa ruang antar sel dan terdiri atas sel=sel berbentuk kotak, disebut lapisan endodermis. Sel-sel endodermis mengalami penebalan suberin pada dinding-dinding radial dan vertikalnya sehingga membentuk semacam pita. Pita ini disebut pita caspary, sesuai dengan nama penemunya Caspary.
-        Silinder pusat atau stele
Silinder pusat, tersusun atas lingkaran tepi dan jaringan pembuluh. Lingkaran tepi terdapat di sebelah dalam dan berdampingan dengan endodermis, tersusun atas sel-sel parenkim. Pada bagian ini tumbuhlah akar lateral.
-        Jaringan pembuluh
Jaringan pembuluh tersusun atas jaringan xilem dan floem yang tersusun berselang-seling pada bidang radial. Antara xilem dan floem dipisahkan oleh sederetan sel parenkim yang dikenal sebagai kambium.

b. Susunan Akar Tumbuhan Monokotil
Pada dasarnya susunan jaringan pada akar tumbuhan monokotil adalah sama dengan yang terdapat pada akar tumbuahan dikotil. Namun beberapa perbedaan yang tampak adalah :
a.       Endodermis sering membentuk dinding sekunder yang tebal sehingga mudah dikenali pada penampang melintang akar dengan pewarnaan yang baik.
b.      Pertumbuhan xilem awal terhenti sebelum bagian pusat terbentuk sehingga jalur-jalur xilem tidak berbentuk binang melainkan satu ikatan dengan lainnya.
c.       Pada akar monokotil antara xilem dan floem tidak terdapat kambium, sehingga xilem dan floem tersusun secara tidak teratur.

            Dari  praktikum yang telah dilakukan, tumbuhan yang termasuk dalam akar tunggang adalah bayam (Amaranthus hybridus), damar (Agathis sp.), kapas (Gossypium sp.), ubi jalar (Ipomea sp.), pinus (Pinus merkusii) dan kacang tanah (Arachis hypogaea).
            Dari  praktikum yang telah dilakukan, tumbuhan yang termasuk dalam akar serabut adalah padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays) dan bawang merah (Allium cepa).
            Dari  praktikum yang telah dilakukan, tumbuhan yang termasuk dalam tanaman dikotil adalah bayam (Amaranthus hybridus), damar (Agathis sp.), kapas (Gossypium sp.), ubi jalar (Ipomea sp.), pinus (Pinus merkusii) dan kacang tanah (Arachis hypogaea).
            Dari  praktikum yang telah dilakukan, tumbuhan yang termasuk dalam tanaman monokotil adalah padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays) dan bawang merah (Allium cepa).
            Pada pengamatan yang dilakukan didapatkan jaringan penyusun akar secara umum yaitu epidermis, korteks, endodermis dan stele yang terdiri dari: perisikel, floem, kambium, xylem dan empulur. Sedangkan pada beberapa tanaman saja yang terlihat jaringan pengangkutnya, yaitu tanaman  Gossypium sp., Pinus merkusii dan Arachis hypogaea yang pada tanaman lain tidak terlihat, hanya terlihat pada tanaman tersebut di atas.





BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
            Setelah melakukan praktikum ini, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
-        Macam-macam akar pada tumbuhan yaitu akar serabut dan akar tunggang. Akar serabut merupakan akar yang terdapat pada tumbuhan monokotil sedangkan akar tunggang terdapat pada tumbuhan dikotil
-        Macam-macam modifikasi akar pada tumbuhan, yaitu akar udara atau akar gantung (radix aereus), akar penggerek atau akar penghisap (haustorium), akar pelekat (radix adligans), akar pembelit (cirrhus radicalis), akar nafas (pneumatophora), akar tunjang atau akar egrang, akar lutut dan akar banir.
-        Adapun fungsi dari akar adalah untuk melekat dalam tanah, untuk menyerap air dan garam-garam yang terlarut sebagai nutrisi dan pada beberapa tumbuhan berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan zat makanan cadangan misalnya pada umbi-umbian.
4.2 Saran
            Sebaiknya untuk bahan praktikum ditambah lagi macamnya seperti akar bunga mawar agar praktikan mengetahui lebih banyak lagi macam-macam akar pada tumbuhan.








DAFTAR PUSTAKA
Agustina. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Hidayat. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Penerbit ITB. Bandung.
Loveles A.R.,1998. Prinsip-prnsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. Gramedia. Jakarta.
Tjitrosoepomo G. 2005. Morfologi Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta.

Sabtu, 22 Juni 2013

Sampling Fauna Tanah

Fauna tanah atau hewan tanah adalah hewan yang hidup di dalam tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang di dalam tanah. Tanah itu sendiri adalah suatu bentangan alam yang tersusun dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil proses pelapukan batu-batuan dan bahan organik yang terdiri dari organisme tanah dan hasil pelapukan sisa tumbuh-tumbuhan dan hewan lainnya. Jelaslah bahwa hewan tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah. Dengan demikian kehidupan hewan yanah sangat ditentukan oleh faktor-faktor fisika-kimia tanah, karena itu dalam mempelajari ekologi hewan tanah selalu diukur (Suin, 1997).
      Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat sulit menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah, dengan demikian suhu tanah akan sangat menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah. Terhadap pelapukan bahan induk tanah suhu juga sangat besar perannya. Fluktuasi suhu tanah lebih rendah daripada suhu udara dan suhu tanah sangat bergantung pada suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi dalam suatu hari satu malam dan tergantung musim. Fluktuasi itu juga bergantung pada keadaan cuaca, topografi, daerah dan keadaan tanah (Suin, 1997).
      Secara ekologis, tanah tersusun oleh tiga kelompok material, yaitu material hidup (faktor biotik) berupa biota (jasad-jasad hayati), faktor biotik merupakan bahan organik dan faktor abiotik berupa pasir (sand), debu (silt) dan liat (clay) umumnya sekitar 5% penyusun tanah merupakan biomassa. Meskipun hanya 5 persen, biomassa atau bahan  organik ini berperan sangat penting karena peran yang dimilikinya, yaitu:
1.      Sebagai bahan koloidal tanah, di samping koloidal liat, yang mempengaruhi sifat-sifat kimiawi tanah seperti dalam proses pertukaran kation dan anion dan sifat-sifat fisik tanah seperti struktur dan eradibilitas tanah.
2.      Berperan penting sebagai sumber hara (nutrition), tanah yang akan tersedia (available) bagi tanaman (juga mikroba) setelah bahan organik mengalami perombakan menjadi senyawa-senyawa sederhana (dekomposisi dan mineralisasi) (Hanafiah dkk., 2005).
      Berdasarkan sifat dan peran unsur hara, kesuburan tanah dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
  1. Kesuburan aktif atau aktual tanah, yakni kesuburan tanah yang secara langsung dapat dimanfaatkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan hewan.
  2. Kesuburan potensial tanah, yakni kesuburan tanah yang baru akan bisa digunakan oleh tanaman, setelah diadakan perlakuan (treatment) dalam waktu yang relatif lebih lama dan tidak sekadar pengolahan tanah, pemupukan atau pengapuran irigasi dan drainase. Kesuburan tersebut dalam bentuk:
a.       Unsur hara yang masih merupakan penyusun bahan organik yang terdapat di dalam tanah baik berupa serasah, humus dan lain-lain.
b.      Unsur hara yang masih di dalam mineral primer dan atau sekunder yang ada di dalam tanah (belum lapuk)
(Subroto, 2005).
      Seluruh kehidupan di alam raya bersama lingkungan secara keseluruhan menyusun eksosfer. Eksosfer yang disusun yang dihuni oleh berbagai komunitas biota yang mandiri serta lingkungan abiotik (anorganik) dan sumber-sumbernya disebut ekosistem. Setiap organisme diartikan oleh adanya kombinasi yang unik antara biota (organisme) dan sumber-sumber abiotik yang berfungsi memelihara kesinambungan aliran energi dan nutrisi (hara) bagi biota tersebut. Semua ekosistem berdasarkan sumber karbonnya mempunyai dua tipe biota, yaitu jasad ototrofik yang menggunakan C-anorganik terutama CO2 sebagai sumber karbonnya. Dalam ekosistem tanah terdapat tiga kelompok biota terpenting, yaitu:
  1. Foto-ototrofik, yang mencakup tumbuhan tingkat tinggi dan beberapa algae.
  2. Khemo-ototrofik, seperti bakteri nitrifikasi dan bakteri pengoksidasi sulfur, serta
  3. Khemo-heterotrofik, seperti hewan, protozoa, jamur dan beberapa bakteri (Hanafiah dkk., 2005).
      Kelompok-kelompok organisme yang hidup di tanah membentuk suatu lokasi ada suatu sistem yang terintegrasi yang dapat juga disebut “komunitas tanah” yang bersama-sama dengan faktor lingkungannya dapat disebut “ekosistem tanah” (Suin, 1997).
      Kelompok hewan tanah sangat banyak dan beranekaragam mulai dari protozoa, rotifera, nematoda, annelida, mollusca, arthropoda hingga vertebrata. Hewan tanah pula dikelompokkan atas dasar ukuran tubuhnya, kehadirannya di tanah habitat yang dipilihnya dan kegiatan makanannya. Berdasarkan kehadirannya, hewan tanah dibagi atas kelompok transek, temporer, periodik dan permanen. Berdasarkan habitatnya hewan tanah ada yang digolongkan sebagai epigeon, hemiedafon dan eudafon. Hewan epigeon hidup pada lapisan tumbuh-tumbuhan di permukaan tanah dan yang eudafon hidup pada lapisan tanah mineral. Berdasarkan kegiatan makanannya, hewan tanah ada yang bersifat herbivora, saprovora, fungivora dan predator (Suin, 1997).
      Penelitian mengenai hewan tanah di Indonesia masih sedikit sekali. Penelitian tentang hewan tanah yang pertama di Indonesia dilakukan pada tahun 1925 oleh Dammerman. Dari hasil penelitian ternyata hewan permukaan tanah yang paling tinggi kepadatan populasinya adalah Hymenoptera yaitu famili Formicidae diikuti Coleoptera, Onisceodia, Myriopoda dan Arachnida. Dari hasil penelitian Adianto di Jawa Barat dan Suhardjono di Kalimantan, ternyata hewan tertinggi kepadatan populasinya dari penelitian Adianto ialah Aoanina, Collembola, Hymenoptera, Symphyia, Diplura dan Psoptera (Suin, 1997).
      Untuk mengenal hewan-hewan tanah, ciri-ciri dari kelompok hewan tanah adalah (yang dikutip dari Lewis, T. dan Taylor):
1.     a. Kaki bersegmen
b.  Tanpa kaki
2.     a. Mempunyai 3 pasang kaki atau bila 2 pasang mempunyai sayap yang berwarna cerah. Tubuh biasanya terdiri dari 3 bagian yang jelas, kepala, torak dan abdomen seperti class Insecta.
b. Mempunyai 3 pasang kaki, tubuh memamnjang dan bersegmen  (immoture) yaitu class Insecta.
c. Mempunyai 3 pasang kaki, tubuh pendek dan tidak bersegmen jelas. Tidak bersayap seperti ordo Acari.
d. Kaki 4 pasang atau lebih, jarang 2 pasang. Tidak bersayap, tubuh terdiri atas satu atau dua bagian.
      Banyak kmikrobia yang telah diketahui dapat hidup secara simbiosis dengan fauna tanah yang berada dalam fase larva seperti Coleoptera, Diptera dan Hymenoptera. Hubungan ini khususnya yang bersifat permanen, umumnya terbentuk bersama dengan fauna tanah humus yang kurang. Mampu merobek sampah dedaunan yang terdapat di permukaan tanah. Hubungan ini dapat terjadi sebagai akibat kurangnya nutrisi dalam humus yang tersedia bagi fauna, sedangkan mikroba simbiosisnya mampu mensintesis hara esensial yang tidak tersedia dalam tanah (Hanafiah dkk., 2005).
      Suatu hubungan mikroba-fauna yang kurang terintegrasi (agak longgar) terdapat pada fauna yang memelihara mikroba untuk kemudian dimangsanya, misalnya:
1.    Kumbang, ambrosia penggerak kayu menumbuhkan sejumlah fungi di dalam terowongan buatannya, seperti Ceratocyts, Cladashul porrum dan Pennicillum).
2.    Pertumbuhan fungsi yang seringkali dikaitkan dengan warna biru pada kayu dapat menyatu dengan kayu atau dijumpai dalam tanah.
3.    Semut juga dapat memelihara fungi yang seringkali dijumpai sebagai biakan murni pada fesesnya atau dedaunan
(Hanafiah dkk., 2005).
      Jasad hayati tanah ini berdasarkan ukurannya dipilih menjadi tiga:
1.    Makrobia: jika ukurannya diatas 10 mm
2.    Mesobia: berukuran 0,2-10 mm
3.    Mikrobia: berukuran <0,2 mm (200 mm)
(Hanafiah dkk., 2005).
Metode Plot (Berpetak) Suatu metode yang berbentuk segi empat atau persegi (kuadrat) ataupun lingkaran. Biasanya digunakan untuk sampling tumbuhan darat, hewan sessile (menetap) atau bergerak lambat seperti hewan tanah dan hewan yang meliang. Untuk sampling tumbuhan terdapat dua cara penerapan metode plot, yaitu :
-        Metode Petak Tunggal, yaitu metode yang hanya satu petak sampling yang mewakili suatu areal hutan.
-        Metode Petak Ganda, yaitu pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata (sebaiknya secara sistematik) (Suin, 1997).
Metode Transek (Jalur). Untuk vegetasi padang rumput penggunaan metode plot kurang praktis. Oleh karena itu digunakan metode transek, yang terdiri dari:
-        Line Intercept (Line Transect), yaitu suatu metode dengan cara menentukan dua titik sebagai pusat garis transek. Panjang garis transek dapat 10 m, 25 m, 50 m atau 100 m.
-        Belt Transect, yaitu suatu metode dengan cara mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan elevasi. Transek dibuat memotong garis topografi dari tepi laut ke pedalaman, memotong sungai atau menaiki dan menuruni lereng pegunungan. Lebar transek 10 – 20 m dengan jarak antar transek 200 – 1000 m (tergantung intensitas yang dikehendaki). Untuk kelompok hutan yang luasnya 10.000 ha, intensitas yang digunakan 2 % dan hutan yang luasnya 1.000 Ha atau kurang intensitasnya 10 %.
-        Strip Sensus, yaitu pada dasarnya sama dengan line transect hanya saja penerapannya ekologi vertebrata terestrial (daratan). Metode ini meliputi berjalan sepanjang garis transek dan mencatat spesies-spesies yang diamati di sepanjang garis transek tersebut. Data yang dicatat berupa indeks populasi (indeks kepadatan) (Suin, 1997).