BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah adalah bagian dari bahan yang sangat penting
karena secara agronomis berfungsi sebagai media tumbuh, secara teknis merupakan
bahan baku, secara ekologis merupakan rantai ekosistem yang penting dan secara
ekonomis dapat berfungsi sebagai faktor produksi serta secara sosial budaya
merupakan simbol status sehingga dengan demikian tanah merupakan salah satu
sumber daya yang sangat berharga bagi manusia (Subroto, 2003).
Kelompok hewan tanah sangat banyak dan beranekaragam
mulai dari protozoa, porifera, nematoda, annelida, mollusca, arthropoda hingga
vertebrata. Hewan tanah dapat dikelompokkan atas dasar ukuran tubuhnya. Kehadirannya
di tanah, habitat yang dipilihnya dan kegiatan makanannya. Berdasarkan ukuran
tubuhnya hewan-hewan tersebut dikelompokkan atas makrofauna, mesofauna dan
mikrofauna (Suin, 1997).
Kehidupan hewan tanah sangat tergantung pada
habitatnya, karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis hewan di suatu
daerah sangat ditentukan daerah itu. Dengan perkataan lain keberadaan dan
kepadatan populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah sangat tergantung
dari faktor lingkungan, yaitu lingkungan abiotik dan lingkungan biotik (Suin,
1997).
Faktor lingkungan abiotik secara garis besarnya
dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor kimia. Fisika faktornya antara lain
adalah suhu, kadar air, porositas dan tekstur tanah. Faktor kimia antara lain
adalah salinitas, pH, kadar organik tanah dan unsur-unsur mineral tanah. Faktor
lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas hewan-hewan yang
terdapat di suatu habitat (Suin, 1997).
Faktor lingkungan biotik antara lain antara lain seperti
mikroflora, tumbuh-tumbuhan dan golongan hewan lainnya. Dan tidak dapat
dipungkiri juga bahwa dalam mempelajari ekologi hewan tanah perlu diketahui
metode-metode pengambilan contoh di lapangan karena hewan itu perlu diamati
karena hewan itu relatif kecil dan tercampur dengan tanah (Suin, 1997).
Oleh karena itu dilakukan praktikum yang berjudul
sampling fauna tanah ini agar kita dapat mengetahui hewan-hewan tanah apa
sajakah yang terdapat pada lingkungan tersebut.
1.2 Tujuan
-
Untuk mengetahui pengertian dari fauna
tanah
-
Untuk mengetahui indeks keanekaragaman
jenis fauna tanah yang terperangkap setiap masing-masing perlakuan
-
Untuk mengetahui jenis spesies yang
ditemukan pada sampling fauna tanah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fauna tanah atau hewan tanah adalah hewan yang hidup di dalam
tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang di dalam tanah. Tanah itu
sendiri adalah suatu bentangan alam yang tersusun dari bahan-bahan mineral yang
merupakan hasil proses pelapukan batu-batuan dan bahan organik yang terdiri
dari organisme tanah dan hasil pelapukan sisa tumbuh-tumbuhan dan hewan
lainnya. Jelaslah bahwa hewan tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah.
Dengan demikian kehidupan hewan yanah sangat ditentukan oleh faktor-faktor
fisika-kimia tanah, karena itu dalam mempelajari ekologi hewan tanah selalu
diukur (Suin, 1997).
Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat
sulit menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah, dengan demikian suhu
tanah akan sangat menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah.
Terhadap pelapukan bahan induk tanah suhu juga sangat besar perannya. Fluktuasi
suhu tanah lebih rendah daripada suhu udara dan suhu tanah sangat bergantung
pada suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi dalam suatu hari
satu malam dan tergantung musim. Fluktuasi itu juga bergantung pada keadaan
cuaca, topografi, daerah dan keadaan tanah (Suin, 1997).
Secara ekologis, tanah tersusun oleh tiga kelompok material,
yaitu material hidup (faktor biotik) berupa biota (jasad-jasad hayati), faktor
biotik merupakan bahan organik dan faktor abiotik berupa pasir (sand), debu (silt) dan liat (clay)
umumnya sekitar 5% penyusun tanah merupakan biomassa. Meskipun hanya 5 persen,
biomassa atau bahan organik ini berperan
sangat penting karena peran yang dimilikinya, yaitu:
1.
Sebagai bahan koloidal tanah, di samping
koloidal liat, yang mempengaruhi sifat-sifat kimiawi tanah seperti dalam proses
pertukaran kation dan anion dan sifat-sifat fisik tanah seperti struktur dan
eradibilitas tanah.
2.
Berperan penting sebagai sumber hara
(nutrition), tanah yang akan tersedia (available) bagi tanaman (juga mikroba)
setelah bahan organik mengalami perombakan menjadi senyawa-senyawa sederhana
(dekomposisi dan mineralisasi) (Hanafiah dkk., 2005).
Berdasarkan sifat dan peran unsur hara, kesuburan tanah dapat
dibagi menjadi dua, yaitu:
- Kesuburan
aktif atau aktual tanah, yakni kesuburan tanah yang secara langsung dapat
dimanfaatkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan hewan.
- Kesuburan
potensial tanah, yakni kesuburan tanah yang baru akan bisa digunakan oleh
tanaman, setelah diadakan perlakuan (treatment) dalam waktu yang relatif
lebih lama dan tidak sekadar pengolahan tanah, pemupukan atau pengapuran
irigasi dan drainase. Kesuburan tersebut dalam bentuk:
a.
Unsur hara yang masih merupakan penyusun
bahan organik yang terdapat di dalam tanah baik berupa serasah, humus dan
lain-lain.
b.
Unsur hara yang masih di dalam mineral
primer dan atau sekunder yang ada di dalam tanah (belum lapuk)
(Subroto,
2005).
Seluruh kehidupan di alam raya bersama lingkungan secara
keseluruhan menyusun eksosfer. Eksosfer yang disusun yang dihuni oleh berbagai
komunitas biota yang mandiri serta lingkungan abiotik (anorganik) dan
sumber-sumbernya disebut ekosistem. Setiap organisme diartikan oleh adanya
kombinasi yang unik antara biota (organisme) dan sumber-sumber abiotik yang
berfungsi memelihara kesinambungan aliran energi dan nutrisi (hara) bagi biota
tersebut. Semua ekosistem berdasarkan sumber karbonnya mempunyai dua tipe
biota, yaitu jasad ototrofik yang menggunakan C-anorganik terutama CO2 sebagai
sumber karbonnya. Dalam ekosistem tanah terdapat tiga kelompok biota
terpenting, yaitu:
- Foto-ototrofik,
yang mencakup tumbuhan tingkat tinggi dan beberapa algae.
- Khemo-ototrofik,
seperti bakteri nitrifikasi dan bakteri pengoksidasi sulfur, serta
- Khemo-heterotrofik,
seperti hewan, protozoa, jamur dan beberapa bakteri (Hanafiah dkk., 2005).
Kelompok-kelompok organisme yang hidup di
tanah membentuk suatu lokasi ada suatu sistem yang terintegrasi yang dapat juga
disebut “komunitas tanah” yang bersama-sama dengan faktor lingkungannya dapat
disebut “ekosistem tanah” (Suin, 1997).
Kelompok hewan tanah sangat banyak dan
beranekaragam mulai dari protozoa, rotifera, nematoda, annelida, mollusca,
arthropoda hingga vertebrata. Hewan tanah pula dikelompokkan atas dasar ukuran
tubuhnya, kehadirannya di tanah habitat yang dipilihnya dan kegiatan
makanannya. Berdasarkan kehadirannya, hewan tanah dibagi atas kelompok transek,
temporer, periodik dan permanen. Berdasarkan habitatnya hewan tanah ada yang
digolongkan sebagai epigeon, hemiedafon dan eudafon. Hewan epigeon hidup pada
lapisan tumbuh-tumbuhan di permukaan tanah dan yang eudafon hidup pada lapisan
tanah mineral. Berdasarkan kegiatan makanannya, hewan tanah ada yang bersifat
herbivora, saprovora, fungivora dan predator (Suin, 1997).
Penelitian mengenai hewan tanah di
Indonesia masih sedikit sekali. Penelitian tentang hewan tanah yang pertama di
Indonesia dilakukan pada tahun 1925 oleh Dammerman. Dari hasil penelitian
ternyata hewan permukaan tanah yang paling tinggi kepadatan populasinya adalah
Hymenoptera yaitu famili Formicidae diikuti Coleoptera, Onisceodia, Myriopoda
dan Arachnida. Dari hasil penelitian Adianto di Jawa Barat dan Suhardjono di
Kalimantan, ternyata hewan tertinggi kepadatan populasinya dari penelitian
Adianto ialah Aoanina, Collembola, Hymenoptera, Symphyia, Diplura dan Psoptera
(Suin, 1997).
Untuk mengenal hewan-hewan tanah,
ciri-ciri dari kelompok hewan tanah adalah (yang dikutip dari Lewis, T. dan
Taylor):
1.
a. Kaki bersegmen
b.
Tanpa kaki
2.
a. Mempunyai 3 pasang kaki atau bila 2
pasang mempunyai sayap yang berwarna cerah. Tubuh biasanya terdiri dari 3
bagian yang jelas, kepala, torak dan abdomen seperti class Insecta.
b. Mempunyai 3 pasang kaki, tubuh
memamnjang dan bersegmen (immoture)
yaitu class Insecta.
c. Mempunyai 3 pasang kaki, tubuh pendek
dan tidak bersegmen jelas. Tidak bersayap seperti ordo Acari.
d. Kaki 4 pasang atau lebih, jarang 2
pasang. Tidak bersayap, tubuh terdiri atas satu atau dua bagian.
Banyak kmikrobia yang telah diketahui
dapat hidup secara simbiosis dengan fauna tanah yang berada dalam fase larva
seperti Coleoptera, Diptera dan Hymenoptera. Hubungan ini khususnya yang
bersifat permanen, umumnya terbentuk bersama dengan fauna tanah humus yang
kurang. Mampu merobek sampah dedaunan yang terdapat di permukaan tanah.
Hubungan ini dapat terjadi sebagai akibat kurangnya nutrisi dalam humus yang tersedia
bagi fauna, sedangkan mikroba simbiosisnya mampu mensintesis hara esensial yang
tidak tersedia dalam tanah (Hanafiah dkk., 2005).
Suatu hubungan mikroba-fauna yang kurang
terintegrasi (agak longgar) terdapat pada fauna yang memelihara mikroba untuk
kemudian dimangsanya, misalnya:
1. Kumbang,
ambrosia penggerak kayu menumbuhkan sejumlah fungi di dalam terowongan
buatannya, seperti Ceratocyts, Cladashul porrum dan Pennicillum).
2. Pertumbuhan
fungsi yang seringkali dikaitkan dengan warna biru pada kayu dapat menyatu
dengan kayu atau dijumpai dalam tanah.
3. Semut
juga dapat memelihara fungi yang seringkali dijumpai sebagai biakan murni pada
fesesnya atau dedaunan
(Hanafiah
dkk., 2005).
Jasad hayati tanah ini berdasarkan
ukurannya dipilih menjadi tiga:
1. Makrobia:
jika ukurannya diatas 10 mm
2. Mesobia:
berukuran 0,2-10 mm
3. Mikrobia:
berukuran <0,2 mm (200 mm)
(Hanafiah
dkk., 2005).
Metode Plot (Berpetak)
Suatu metode yang berbentuk segi empat atau persegi (kuadrat) ataupun
lingkaran. Biasanya digunakan untuk sampling tumbuhan darat, hewan sessile
(menetap) atau bergerak lambat seperti hewan tanah dan hewan yang meliang.
Untuk sampling tumbuhan terdapat dua cara penerapan metode plot, yaitu :
-
Metode Petak Tunggal, yaitu metode yang
hanya satu petak sampling yang mewakili suatu areal hutan.
-
Metode Petak Ganda, yaitu pengambilan
contoh dilakukan dengan menggunakan banyak petak contoh yang letaknya tersebar
merata (sebaiknya secara sistematik) (Suin, 1997).
Metode Transek (Jalur).
Untuk vegetasi padang rumput penggunaan metode plot kurang praktis. Oleh karena
itu digunakan metode transek, yang terdiri dari:
-
Line
Intercept (Line Transect),
yaitu suatu metode dengan cara menentukan dua titik sebagai pusat garis
transek. Panjang garis transek dapat 10 m, 25 m, 50 m atau 100 m.
-
Belt
Transect, yaitu suatu metode dengan cara mempelajari
perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan elevasi.
Transek dibuat memotong garis topografi dari tepi laut ke pedalaman, memotong
sungai atau menaiki dan menuruni lereng pegunungan. Lebar transek 10 – 20 m
dengan jarak antar transek 200 – 1000 m (tergantung intensitas yang
dikehendaki). Untuk kelompok hutan yang luasnya 10.000 ha, intensitas yang
digunakan 2 % dan hutan yang luasnya 1.000 Ha atau kurang intensitasnya 10 %.
-
Strip Sensus, yaitu pada dasarnya sama
dengan line transect hanya saja penerapannya ekologi vertebrata terestrial
(daratan). Metode ini meliputi berjalan sepanjang garis transek dan mencatat
spesies-spesies yang diamati di sepanjang garis transek tersebut. Data yang
dicatat berupa indeks populasi (indeks kepadatan) (Suin, 1997).
BAB III
METODE KERJA
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum Ekologi Dasar yang berjudul “Sampling Fauna Tanah”
dilakukan pada Hari Selasa, tanggal 16 April 2013, pukul 7:30-9:00 WITA.
Bertempat di Samping Green House dan dilakukan pengamatan sampel hewan yang masuk
pitfall trap di Laboratorium Keanekaragaman Hayati, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman, Samarinda.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
-
Kayu patok
-
Pinset
-
Gelas plastik
-
Kertas saring
-
Kalkulator
-
Kamera
-
Buku identifikasi
-
Seng
-
Mikroskop
-
Tali rafia
3.2.2
Bahan
-
Aquadest
-
Formalin
-
Air detergen
-
Air soda
-
Air sabun
-
Air garam
-
Air biasa
3.3
Cara Kerja
3.3.1
Di lapangan
-
Disiapkan alat dan bahan praktikum
seperti gelas plastik, seng, patok dan lain-lain.
-
Diletakkan gelas plastik yang berisi
formalin, aquadest, air soda, air garam dan air sabun secara acak dengan jarak
5 meter dari masing-masing perlakuan
-
Dibuat lubang untuk menanam gelas
plastik
-
Kemudian dimasukkan gelas plastik
kedalam lubang sampai batas bibir gelas, jangan sampai tidak rata dengan tanah.
-
Ditutup dengan menggunakan seng agar
tidak tercampur dengan air hujan
-
Kemudian dilakukan pengamatan selama 3
hari
3.3.2
Di laboratorium
-
Diambil gelas plastik kemudian disaring
menggunakan kertas saring
-
Diamati hewan-hewan yang didapat baik
yang mikroskopis maupun yang makroskopis
-
Secara mikroskopis amati hewan di bawah
mikroskop
-
Dicari identifikasi hewan di buku
identifikasi
-
Dicatat dan difoto hasil yang didapat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Dari praktikum yang
telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa terdapat semut hitam besar (Lacius follginosis) sebanyak 2, di air
garam semut merah (Oechophylla sp.)
sebanyak 2 ekor, di air soda terdapat semut hitam besar (Lacius follginosis) sebanyak 2 ekor, semut hitam kecil (Dhollchoenus sp.) sebanyak 4 ekor, lalat
kalajegking (Boreus brumais) sebanyak
7 ekor dan pada air detergen tidak terdapat hewan yang masuk ke dalam pitfall
trap, dapat dilihat hasilnya pada tabel 4.1.1 berikut:
4.1.1
Tabel pengamatan spesies fauna tanah
No.
|
Spesies
|
Jenis pitfall
trap
|
||||
Formalin
|
detergen
|
Air garam
|
soda
|
aquadest
|
||
A.
|
Formicidae
|
|
|
|
|
|
1.
|
Lacius follginosis
semut hitam
besar
|
2
|
0
|
0
|
3
|
2
|
2.
|
Dhollchoenus sp.)
semut hitam
kecil
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
3.
|
Oechophya sp.
semut merah
|
0
|
0
|
2
|
0
|
0
|
B
|
Panorpidae
|
|
|
|
|
|
1.
|
Boreus brumais lalat kalajegking
|
0
|
0
|
0
|
0
|
7
|
|
Jumlah
individu
|
2
|
0
|
2
|
3
|
13
|
|
Indeks
keanekaragaman
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0,9835
|
4.2
Pembahasan
Macam-macam metode yang
digunakan dalam sampling adalah:
-
Metode random (acak) adalah suatu cara
mengambil anggota sampel tanpa pilih-pilih namu tetap didasarkan pada suatu
aturan atau teknik tertentu, misalnya dengan teknik undian yaitu memberikan
nomor urut kepada masing-masing anggota populasi kemudian memilih secara undi,
teknik ordinal yang memilih secara undi,
denga aturan kelipatan bilangan tertentu.
-
Metode plot (berpetak) suatu metode yang
berbentuk segiempat atau persegi (kuadrat) ataupun lingkaran. Biasanya
digunakan untuk sampling tumbuhan darat, hewan sessile (menetap) atau bergerak
lambat seperti hewan tanah dan hewan meliang
-
Metode transek (jalur) untuk vegetasi
padang rumput penggunaan metode plot kurang praktis oleh karena itu digunakan
metode transek, yang terdiri dari:
·
Line intecept (line transect), yaitu
suatu metode dengan cara menentukan dua titik sebagai pusat garis transek
·
Belt transect, yaitu suatu metode dengan
cara mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi
dan elevasi
·
Strip sensus, yaitu pada dasarnya sama
dengan line transect hanya saja penerapannya ekologi vertebrata terestrial
(daratan).
Kita harus mempelajari
sampling fauna tanah agar kita dapat mengetahui beberapa jenis hewan yang ada
dipermukaan tanah yang ada.
Selain pitfall trap
dapat juga dilakukan pengambilan sampling fauna tanah dengan cara pengambilan
contoh tanah atau guana, pengambilan contoh tanah, serasah dan guano dari dalam
gua dimaksudkan untuk mempelajari fauna yang hidup di dalam tanah atau guano.
Contoh tanah diambil dengan sendok tanah sebanyak 1-2 liter (atau seperlunya)
kemudian dimasukkan ke dalam kantung blacu. Kedalaman pengambilan contoh tanah
bervariasi tergantung penelitian namun umumnya dengan kedalaman 5-10 cm,
sedangkan guano dikumpulkan adalah guano yang sudah mengalami proses perombakan.
Contoh tanah harus sesegera mungkin diproses di dalam corong Berlere (bisa
dibuat sendiri).
Sampling fauna tanah
adalah pengambilan sampel fauna tanah yang ada di permukaan tanah, yang
ditangkap menggunakan pitfall trap. Fauna tanah adalah bagian penting dalam
ekosistem termasuk pertanian karena fauna tanah terlibat dalam berbagai proses
tanah antara lain degradasi bahan organik, mineralisasi unsur hara,
pengendalian populasi, organisme patogen, memperbaiki struktur tanah dan
mencampur bahan organik dengan tanah. Berdasarkan dari ukurannya, fauna tanah
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu mikrofauna, mesofauna dan makrofauna.
Adapun faktor kesalahan
yang mempengaruhi keadaan sekitar adalah keadaan tanah yang terlalu kering
sehingga jarang ditemukan hewan-hewan yang tinggal, kurangnya serasah yang
jatuh di dekat perangkap, derasnya curah hujan yang dapat menyebabkan larutan
tercampur dengan air hujan yang mengakibatkan aroma dari larutan tidak lagi
tercium oleh hewan-hewan yang ada di permukaan tanah.
Perlakuan-perlakuan
yang digunakan dalam pemasangan pitfall trap adalah:
-
Air sabun
Air sabun digunakan untuk menarik
kedatangan serangga, maka ditempatkan umpan di dalam tempat, yang digunakan
untuk menarik perhatian hewan seperti kumbang
-
Air soda
Air soda digunakan untuk menarik
perhatian hewan-hewan yang ada di permukaan tanah dan didapatkan hasil pada
pitfall trap terdapat semut hitam besar (Lacius
follginosis) sebanyak 3 ekor
-
Air garam
Pada air garam, hewan yang tertarik
adalah semut merah (Dechophya sp.)
sebanyak 2 ekor
-
Aquadest
Pada aquadest didapatkan hewan yang
lebih beragam yaitu semut hitam besar (Lacius
follginosis), semut merah (Dechophya
sp.) dan lalat kalajegking (Boreus brumais)
sebanyak 7 ekor
Terjadi
perbedaan spesies yangdidapatkan pada setiap larutan adalah karena aroma dari
larutan yang berbeda-beda sehingga hewan yang datang pun berbeda-beda.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari praktikum yang
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
-
Hewan tanah adalah hewan yang hidup di
tanah baik yang hidup di permukaan tanah maupun di dalam tanah. Tanah itu
sendiri adalah suatu bahan mineral yang merupakan hasil proses pelapukan
bebatuan dan bahan organik lain. Jelasnya hewan tanah adalah bagian dari
ekosistem tanah
-
Keanekaragaman fauna tanah atau hewan
tanah dimulai dari protozoa, rotifera, nematoda, annelida, mollusca, arthropoda
hingga vertebrata
-
Spesies yang terdapat pada tanah di
samping green house adalah Lacius
follginosis, Dhollchoenus sp, Oechophylla sp. dan Boreus brumais.
5.2
Saran
Dalam praktikum
selanjutnya agar menggunakan zat-zat pelarut lainnya agar hasilnya didapat
lebih bervariasi contohnya air jeruk nipis.
daftar pustakanya mana?
BalasHapusFormalin?? Daftar pustaka???
BalasHapusDaftar pustakanya mana?
BalasHapus